Penyandang disabilitas atau kaum difabel di Yogyakarta masih jauh dari jangkauan fasilitas umum yang mendukung. Kota Yogya digadang-gadang menjadi kota inklusi yang ramah difabel. Tapi penambahan fasilitas khusus untuk difabel cenderung berjalan lamban.
Kesadaran masyarakat akan fasilitas pendukung difabel juga dirasakan masih kurang. Sarana prasarana, seperti guiding block (lantai trotoar pemandu) untuk penunjang pejalan kaki yang tak memiliki penglihatan misalnya, ‘direbut’ untuk lahan parkir dan pedagang kaki lima. Keadaan tersebut masih jamak ditemui di pedestrian sepanjang jalan-jalan protokol di wilayah Kota Yogya, contohnya jalan Malioboro dan Jalan Mangkubumi. Kedua jalan tersebut termasuk titik padat lokasi perkantoran, pusat perbelanjaan dan tujuan wisata. Trotoar yang seharusnya diperuntukkan untuk pedestrian, malah dialihfungsikan menjadi kegiatan lain.
Akibatnya, mobilitas pejalan kaki, khususnya difabel, akan terganggu. Padahal di situ termuat hak-hak pejalan kaki yang wajib dihormati oleh semua pihak. Jalan Malioboro. Pusat belanja yang selalu ramai ini memang telah menyediakan fasilitas guiding block untuk masyarakat difabel. Lebar trotoar pun cukup untuk dilewati pejalan kaki. Namun, dikarenakan parkir yang membludak, jalanan trotoar dialihfungsi menjadi tempat parker.
Referensi :
http://jogja.tribunnews.com/2015/05/06/guiding-block-riwayatmu-kini
http://excooldesign.blogspot.com